Saya memiliki keyakinan bahwa siapapun yang
membaca judul tulisan ini, akan langsung memunculkan tanda tanya besar
di dalam benaknya. Kalian mungkin akan merasa kesal dan marah atas
statement yang saya buat ini. Hal ini memang sudah tidak mengherankan
lagi, karena pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan sudah cukup
bisa menilai sesuatu hanya dari hal yang pertama kali
terlihat atau pertama kali tertangkap oleh indera kita. Ya, hal inilah
yang mendorong saya untuk kemudian membuat tulisan ini. Tujuannya? Agar
kalian bisa membacanya sampai akhir, dan mengerti persoalan yang saya
ungkapkan.
Tulisan
ini memang sedikit membahas mengenai permasalahan ketuhanan. Tentu saja
hanya dari segi kita sebagai manusia, juga dari realitas sosial yang
saat ini berkembang di sekeliling kita. Memang kalau kita berbicara
mengenai ketuhanan, yang langsung muncul di benak kita adalah mengenai
agama, ibadah, keimanan, dan hal2 lain yang berhubungan dengan kekuatan
di luar batas nalar. Namun bila kita berbicara tuhan dari segi kondisi
sosial masyarakat sekarang ini, akan muncul suatu fenomena ataupun
persoalan yang mungkin menarik untuk didiskusikan bersama.
Saya ingin sedikit menghubungkan tulisan ini dengan beberapa karya musik dari beberapa band
metal yang memang secara kritis membahas persoalan ini. Yang pertama
adalah ketika kondisi masyarakat pada umumnya mulai bergeser pada suatu
sistem kedunian yang sangat dipengaruhi oleh aspek ekonomi sebagai
tujuan akhir atau suatu hal yang paling dituju. Ini yang kemudian
menjadikan sebagian besar manusia lebih mengagungkan hal2 yang bersifat
keduniawian sebagai sesuatu yang pantas dicari, diutamakan, atau bahkan
mungkin disembah. Lalu yang jadi pertanyaan selanjutnya adalah,
kemanakah tuhan yang seharusnya kita utamakan untuk disembah?apakah kita
sudah melupakan Tuhan yang sebenarnya? Atau apakah memang “Tuhan telah
mati”?
Ungkapan
tersebut yang kebetulan menjadi sebuah judul lagu dari band Forgotten
memang sangat ekstrim untuk diutarakan. Kita mungkin akan kembali
berfikir negatif hanya dengan membaca atau mendengar ungkapan tersebut.
Namun sekali lagi saya harus mengingatkan bahwa semua yang tampak tidak
selamanya menggambarkan sesuatu yang ada di dalamnya. Ungkapan tersebut
tidak benar2 menyebutkan atau mempercayai bahwa tuhan telah tiada. Namun
itu hanya sebuah gambaran keadaan bahwa manusia sudah banyak yang
melupakan tuhan yang sebenarnya. Banyak manusia yang menganggap urusan2
dunia menjadi hal yang paling diutamakan. Kita semua cenderung melupakan
tuhan satu2nya yang patut disembah, layaknya melupakan hal yang tidak
penting atau hal2 yang telah mati.
Yang
kedua saya sedikit membahas satu judul karya lagi dari salah satu band
metal asal bandung Beside yaitu, Aku Adalah Tuhan. Haha, satu kalimat
simpel namun bermakna besar. Lagi-lagi jika kita berhenti hanya dengan
membaca judul tersebut tanpa mendalaminya, mungkin kita akan berfikir
bahwa orang yang menciptakan lagu tersebut adalah orang yang benar2
telah menduakan tuhannya. Lebih parah lagi ia telah mengaku bahwa ia
adalah tuhan. Benar-benar ekstrim dan sangat kontroversial bukan?
Namun
tanpa kita sadari sebagian besar manusia jmempunyai pemikiran bahwa
kita berhak atas apapun dalam diri kita. Artinya, manusia justru sering
berfikir bahwa dirinya bebas melakukan apa saja, terutama segala sesuatu
yang berkaitan dengan dirinya sendiri. Pada akhirnya, kita sebagai
manusia akan beranggapan bahwa “aku adalah tuhan bagi diriku sendiri”.
Ya, sekali lagi, sadarkah kita bahwa dalam hati kecil ini, mungkin di
alam bawah sadar kita, kita sering melakukan hal tersebut. Melakukan
segala hal yang dikehendaki, dengan berlindung pada keyakinan bahwa
‘tubuh ini miliku, raga ini miliku, jadi aku berhak atas segala hal yang
ada pada diriku’ (walaupun hanya dengan meninggalkan apa yang
diperintahkan tuhan yang sebenarnya, lebih jauh dengan melaksanakan apa
yang dilarangNya). Kita seakan melupakan dari mana semua yang kita
miliki ini berasal. Kita seakan melupakan Dzat pencipta yang
sesungguhnya. Dzat yang menciptakan kita sebagai manusia beserta alam
dan isinya yang senantiasa kita manfaatkan untuk keberlangsungan hidup.
Sedikit
saya memberi kesimpulan bahwa memang sebagian besar dari kita masih
beranggapan bahwa banyak hal yang menjauhkan kita dari sang pencipta,
bahkan dari hal-hal yang tidak kita sadari. Padahal dalam hati kecil
kita akan selalu mempertanyakan dari mana kita semua berasal, dan kemana
kita akan pergi? Atau bagaimana bisa setetes air hina bisa berubah
menjadi kita manusia dengan segala hal yang dibanggakannya? Mungkin para
ilmuan bisa menjelaskannya dengan ilmu pengetahuan. Namun apakah
semuanya bisa dijelaskan secara keseluruhan dan mendetail dengan
rasional yang kita miliki? Sementara masih banyak sekali misteri
kehidupan yang masih belum terpecahkan bahkan seorang ahli sekalipun.
Hal ini lah yang semakin menambah keyakinan saya bahwa memang tuhan itu
benar-benar tidak ada…… ya, tuhan itu benar2 tidak ada DUANYA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar