Negara kesatuan Republik Indonesia pada awalnya merupakan penyatauan dari beberapa kerajaan-kerajaan kecil yang
menguasai beberapa tempat yang menjadi wilayah Indonesia saat ini.
Seperti yang kita ketahui bahwa berbagai suku bangsa, bahasa dan
berbagai budaya yang berbeda menjadi sebuah fenomena besar saat bersatu
dengan harmonis diantaranya. Penyatuan tersebut yang akhirnya kini
tunduk pada satu bendera merah putih berkat perjuangan para pendahulu
kita yang akhirnya membawa masa depan pada kehidupan berbangsa yang
lebih baik. Kedamaian yang ada saat ini yang merupakan anugerah
tentunya.
Berbagai aturan berupa undang-undang dibuat dengan tujuan agar kehidupan masyarakat berjalan sebagai mana
mestinya. Walaupun sebenarnya aturan tersebut hanya sebuah koitmen
kemanusiaan yang penuh dengan kekurangan. Dan sayangnya lagi masih
banyak manusia Indonesia yang mempertuhan aturan itu sebagai sesuatu
yang mutlak.
Mata
dan telinga kita masih hangat dengan berbagai berita mengenai kasus
Korupsi, mafia hukum, mafia peradilan dan berbagai kasus lainnya. Tidak
luput pula berita mengenai kekerasan, pemerkosaan, pembunuhan dan aneka kasus kriminal kecil lainnya.
Jika
kita putar kembali berita-berita itu, kita akan melihat sebuah celah
kecil yang menunjukan bagaimana lemahnya hukum yang telah manusia buat,
khususnya manusia Indonesia saat ini. Sangat disayangkan sekali
bahwasannya sebuah pencurian besar-besaran uang
Negara oleh seorang saja bisa menghabiskan anggaran sebesar apa yang ia
curi, atau manusia yang mengaku aparat yang semestinya melindungi
sesamanya malah berbalik mencelakai, memeras dan mudah menerima uang
sogok. Tidak hanya itu, ada lagi manusia Indonesia yang tidak bersalah
dibantai membabi buta tanpa belas kasihan dalam kasus Masuji. Pelakunya
adalah manusia Indonesia sendiri, terlihat mengenakan baju aparat yang
semestinya melindungi sesama yang lebih lemah.
Hal
diatas hanyalah sebuah gambaran singkat saja dan masih banyak hal lain
yang semestinya tidak perlu terjadi di tanah air yang mengaku bertuhan
ini. Entah apa tuhan mereka, undang-undang yang lemah kah? Atau
kebanyakan sudah beralih agama dan memeluk ketuhanan yang hanya ada uang
saja.
Agama hanya sebuah cara
yang berbeda, namun entah bagaimana keyakinan pada keberadaan tuhan itu
sendiri. Mungkin saja ungkapan bahwa kekejaman manusia bertuhan di
negri ini lebih biadab daripada manusia yang tidak bertuhan sekalipun.
Hal
tersebut beralasan, tidak banyak orang yang mengira bahwa kejahatan itu
dilakukan beramai-ramai pada orang-orang yang lemah. Anak-anak kini
mengetahui betapa kejinya seragam aparat terhadap masyarakat daerah
Mesuji melalui video yang dengan mudah dapat mereka unduh dari situs youtube. Foto kepala di penggal terhadap orang-orang setanah air bukankah menjadi kebanggaan bagi pelakunya. Entah
apa yang orang-orang pikirkan saat sekumpulan orang-orang beramai-ramai
menonton penghina korban pemerkosaan yang semestinya kita tolong
harapannya. Dan hal tersebut di pandang sebagai sebuah tayangan yang
dapat menghibur dengan mudah begitu saja.
Kiamat
dalam ungkapan lebih mendalam ternyata bukan sebuah air bah besar yang
membunuh jutaan orang dengan waktu sepuluh menit, atau kiamat dalam
ungkapan lebih mendalam bukan sebuah letusan gunung berapi yang kemudian
menyapu daratan ini menjadi debu. Namun kiamat di sini adalah saat-saat
manusia lupa akan keberadaan tuhan. Kiamat adalah dimana manusia
membuat Tuahannya dari sebongkah buku hukum yang lemah. Kiamat disini
adalah saat kemanusiaan itu sendiri menjadi sebuah kekacauan, dimana
manusia kuat berkuasa diatas tahta dan menikmatinya hingga menjelang
usia. Sedangkan manusia lemah cukup termenung akan dirinya yang menjadi
korban.
Dapat
dikatakan pemerintah dalam hal ini penguasa melakukan hal yang percuma
dengan meresmikan Agama-agama yang semestinya orang-orang yakini. Karena
secara pribadi masih banyak orang yang beragama namun dengan sengaja
mengusir zat Tuhan di hatinya. Entah apakah dimasa depan masih ada nenek
dan kake tua yang masih memohon ampun akan dosa-dosa mereka dan orang
di sekitar mereka dengan tetesan air mata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar